Sifat Bahan/ Material Pahat Bubut
Sifat Bahan/ Material Pahat Bubut
Secara
garis besar ada empat sifat utama yang diperlukan untuk menjadi alat potong
yang memiliki kemampuan pemotongan/ performa yang baik. Sampai saat ini belum ada material alat potong yang secara
keseluruhan dapat memenuhi keempat sifat yang ada, masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan yang dalam aplikasinya dapat disesuaikan dengan dengan
kebutuhan pekerjaan.
Adapun
sifat-sifat yang dibutuhkan pada suatu alat potong antara lain sebagai berikut:
a.
Keras
Sifat paling utama yang dibutuhkan oleh
alat potong adalah keras. Agar dapat memotong/ menyayat bahan benda kerja/ material
dengan baik, alat potong harus memilki sifat lebih keras dari benda kerja/row material.
Pemotongan/penyayatan dengan alat potong keras, selain dapat melakukan
pemotongan dengan baik juga alat potong tidak lentur/ stabil.
Tingkat kekerasan material benda kerja
maupun alat potong yang ada sekarang ini sudah cukup bervariasi, sehingga kita
tinggal memilih material alat potong yang kita butuhkan disesuaikan dengan
bahan benda kerja (row material) yang akan dikerjakan. Namun tidak sedikit
terjadi dilapangan, pada kondisi tertentu alat potong harus digunakan untuk
memotong/ menyayat benda kerja (row material) yang sudah mengalami
prosesperlakukan panas (heattreatment), yang mungkin kekerasanya menyamai atau
bahkan melebihi kekerasan dari material alat potong yang ada, sehingga harus
mengganti jenis alat potong lain yang
memilki sifat yang lebih keras dari pada bahan benda kerja.
Sifat keras suatu alat potong sangat erat
kaitannya dengan unsur-unsur paduan yang ada pada bahan alat potong tersebut, sehingga
apabila ingin meningkatkan kekerasannya pada saat proses pembuatan harus
menambahkan unsur paduan lain yang mampu meningkatkan kekerasan. Selain
itu perlu diketahui bahwa, tingkat
kekerasan alat potong akan bertolak belakang dengan tingkat kelenturan atau keuletannya,
yang tentunya sifat ini juga merupakan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi alat
potong yang performanya baik.
Gambar 1. Ilustrasi penyayatan dengan alat potong
keras
b.
Ulet/Liat
Sifat ulet sangat diperlukan pada suatu
alat potong, terutama untuk mengatasi/ menetralisir adanya beban kejut dan getaran
yang mungkin muncul sewaktu pemotongan/ penyayatan terjadi. Sifat ulet ini
menyebabkan pahat mampu untuk mengalami pelenturan atau defleksi yang bersifat
elastis. Meskipun dapat melentur pahat diharapkan tetap stabil dan kokoh, defleksi hanya diperlukan
untuk mengurangi efek dari beban kejut. Sifat ulet dan keras memang saling
bertolak belakang, semakin keras
material itu maka akan semakin getas, dan sebaliknya, sehingga jarang di
temukan material yang mempunyai tingkat kekerasan dan keuletan yang baik.
Untuk menanggulangi hal tersebut maka
pahat dibuat dari dua material yang berbeda, yang pertama adalah material keras
(material alat potong) kemudian yang
kedua adalah material penyangga yang biasanya terbuat dari baja St. 60 atau EMS
45. Metode pengikatnya bisa berupa brazing, dibaut, dijepit, atau diselipkan.
Gambar 2. Ilustrasi penyayatan dengan alat potong ulet
c.
Tahan Panas
Setiap alat potong pada saat digunakan
untuk melakukan pemotongan/ penyayatan akan timbul panas, hal ini tarjadi
karena adanya gesekan akibat pemotongan. Besarnya panas yang ditimbulkan secara
dominan tergantung dari kecepatan potong (cutting speed), kecepatan pemakanan
(feed), kedalaman pemakanan (depth of
cut), putaran mesin (Revolotion per menit–Rpm), jenis bahan benda kerja yang
dikerjakan dan penggunaan air pendingin.
Panas yang timbul akibat pemotongan, akan
merambat dan terdistribusi pada benda
kerja maupun pada pahat. Perambatan panas pada benda kerja jenis tertentu yaitu yang termasuk baja paduan,
pada suhu tertentu dapat mengakibatkan perubahan struktur sehingga tingkat
kekerasanya menjadi berubah lebih keras seperti dilakukan proses pengerasan (hardening).
Sedangkan perambatan panas pada pahat bubut, seperti dilakukan proses tempering
atau normalising yang dapat mengakibatkan penurunan tingkat kekerasannya. Perlu
diketahui bahwa, ketahanan suatu alat potong terhadap panas, sangat dipengaruhi
oleh jenis bahan/ material yang digunakan. Bahan atau material alat potong dikatakan
baik apabila mampu mempertahankan
kekerasanya pada suhu tinggi, jadi meskipun ada panas yang muncul akibat
pemotongan/ penyayatan tidak mempengaruhi performa dari pahat bubut.
Panas yang muncul pada pahat bubut, dapat
dikurangi dengan memberikan air pendingin pada saat proses pemotongan/
penyayatan. Cara pemberian air pendingin hendaknya diarahkan tepat pada titik
pemotongan/ penyayatan, sehingga diharapkan dapat mengurangi atau menetralisir
panas yang terjadi pada benda kerja
maupun pahat. Selain itu perlu diketahui bahwa, pemberian air pendingin yang tidak
rutin/ stabil, akan dapat menyebabkan mata sayat pahat bubut menjadi retak atau
pecah dalam hal ini untuk pahat bubut yang mengandung unsur korbonnya tinggi.
Gambar 3. Ilustrasi terjadinya panas
d.
Tahan Aus
Penampang ujung pahat bubut yang kecil dan
runcing, mudah sekali untuk mengalami keausan. Sifat ini tidak bisa terlepas/ erat
kaitanya dengan sifat yang lain yaitu kekerasan, keuletan dan tahan panas, akan
tetapi merupakan hal yang berdiri sendiri. Umur pakai pahat secara normal
menunjukkan tingkat ketahanan terhadap keausan.
Keausan yang timbul pada mata sayat pahat
bubut, dapat disebabkan terjadinya gesekan maupun getaran yang terjadi pada
saat pemotongan/ penyayatan. Sifat tahan aus dapat diperbaiki dengan
penambahan unsur paduan ataupun
perbaikan pada geometri pahat bubut.
Gambar 4.. Ilustrasi terjadinya keausan akibat
penyayatan atau getaran
Komentar
Posting Komentar